Embrace your Beauty

I just received a gift from dear loving sisters. Today I used one lipstick and mixed it with others too. I just went in the washroom and when I looked at the mirror I looked soo pretty and I was so…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Mencoba Menerima Semuanya

tw // dirty talk

Belajar menerima semuanya merupakan awal kebangkitan untuk Agatha. Datuk yang berusaha mencari tempat tinggal Rudy membuat Agatha terdiam tak melarang perlakuan mertuanya saat ini. Biarlah jikalau nanti terjadi sesuatu dengan ayahnya. Agatha tak akan mau mengurusinya lagi karena hanya membuang-buang tenaga saja.

Meski Agatha masih memiliki baby blues, Abi tetap memaklumi perbuatan istrinya dan terus mengarahkan Agatha agar lebih mengontrol emosinya di depan anak-anaknya. Berbicara dengan lembut di depan Sarah dan Dona meskipun Abi tahu jika Agatha lelah mengurus Faizan.

Angin yang bertiup lembut membuat rambut Agatha bergoyang dengan indah. Saat ini Abi mengajak Agatha untuk menikmati makan malamnya di teras rumahnya. Bersama dengan Sarah dan juga Dona, rencananya Abi akan membicarakan perihal kelanjutan sekolah putra-putrinya nanti. Entah apa pilihan Sarah dan Dona, Abi jelas mendukung penuh keinginan mereka berdua.

Kini Agatha menunjukkan sebuah brosur sekolah internasional kepada Sarah. Abi bilang, Sarah ingin bersekolah di tempat yang membuat ia nyaman tanpa harus memikirkan kegiatan ekstrakulikuler nantinya. Pilihan Sarah jelas memilih untuk bersekolah di Pelita Harapan.

“Kak, aku maunya di JIS lagi aja.” jelas Dona karena terlalu malas untuk mencari sekolah lainnya dan berinteraksi dengan teman-teman barunya nanti.

“Bosen ih jalanannya itu-itu mulu, Don. Aku maunya yang beda gitu loh” protes Sarah karena enggan untuk bersekolah di tempat yang sama.

Agatha kini mengelus kepala Sarah dengan lembut.

“Kakak mau di Pelita aja? Besok biar mama datang kesana karena mama dapat undangan dari sana kak.” kata Agatha yang membuat Sarah mengangguk antusias.

“Berarti papa ngurus sekolah Dona ya, Ma? Nanti papa ke sekolah Dona untuk ambil formulir dan isi pendaftarannya.” jelas Abi kepada istrinya.

Walaupun Sarah dan Dona memutuskan untuk bersekolah di tempat swasta, ia pun tetap mengikuti test yang akan diselenggarakan sebagai salah satu syarat masuk untuk bersekolah disana. Bahkan Agatha dan Abi selaku orangtua pun tetap akan di wawancara mengenai masalah keuangannya sehari-hari. Karena jangan sampai nantinya ekonomi orangtua tersebut berdampak bagi pendidikan sang anak.

Oleh sebab itu, ekonomi orangtua jelas wajib dipertanyakan oleh pihak sekolah nantinya.

Kalau masalah itu Agatha dan Abi tak perlu pusing. Bahkan untuk menggaji satu supir, dua asisten rumah tangga, dan juga satu suster pun Abi sanggup untuk melakukannya.

Agatha jelas tak melarang apa yang akan dipilih oleh anak-anaknya. Justru kalau untuk pendidikan Agatha akan maju paling depan untuk membuat anak-anaknya menjadi cerdas secara pemikirannya. Ya, salah satu caranya yaitu menempatkan anak-anaknya untuk bersekolah di tempat yang bagus.

“Mama kakinya sakit enggak? Nanti Sarah pijitin habis makan malam nanti.” ujar Sarah yang seolah menghibur Agatha dengan tingkah manisnya.

“Hmmm. Enggak si, kak. Mama mau ke kamar kalian malah. Nanti mama ajarkan kalian beberapa pelajaran untuk ujian, ya? Beberapa materi aja kok agar kalian ingat.” jelas Agatha yang membuat Sarah dan Dona mengangguk secara bersamaan.

“Papa, aku mau cobain itu dong.” tunjuk Dona pada sebuah wine di depannya.

“Adek!” Agatha menggeleng dengan tegas.

“Kan mama minumnya air putih. Aku mau kayak papa biar samaan kita bos.”

Sarah yang kesal akan tingkah konyol Dona pun menjentikkan dahinya dengan kedua jarinya secara kencang.

“Sakit ih! Bodoh kah kamu ini?”

Ya, kalau sudah seperti ini jelas Abi dan Agatha akan memisahkan Sarah dan Dona karena takut menyebabkan perselisihan di antara keduanya. Sarah dengan mulut tajamnya jelas membuat Dona menangis nantinya. Sedangkan Dona dengan tenaganya akan membuat Sarah memaki-maki adiknya dengan sumpah serapahnya.

Selesai mengajarkan Sarah dan Dona untuk belajar menuju kesiapan ujiannya, Agatha pun memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan duduk di kursi riasnya. Ia kini mencoba melakukan kebiasaan lamanya, yaitu memakai beberapa rangkaian perawatan wajahnya di setiap malam, tepatnya sebelum tidur. Mulai dari pencuci muka, toner, serta sebuah krim malam pun digunakan oleh Agatha agar dapat memberikan nutrisi pada wajahnya.

Tenang saja, produk yang saat ini digunakan tentunya aman bagi ibu menyusui seperti Agatha karena ia pun jelas berkonsultasi terlebih dahulu oleh dokter persalinannya.

Abi menepuk space kosong di sampingnya, meminta Agatha untuk berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya pada malam ini. Meskipun badan Abi sangatlah lelah akibat melakukan perjalanan jauh untuk pekerjaannya, bagi Abi masih lebih lelah Agatha yang harus merawat ketiga anaknya secara bersamaan dan juga Agatha masih memantau pergerakan perusahaannya saat ini.

Memang Agatha dibantu oleh pengurus rumahnya dalam mengurus Sarah dan juga Dona. Tapi bagi Abi tetaplah Agatha yang jauh lebih kelelahan mengurus semuanya.

“Kamu tidur aja, Ta. Nanti kalau Faiz kebangun, aku yang kasih asi kamu. Ada di kulkas kan, Ta?” tanya Abi karena ia tahu jika istrinya melakukan pumping untuk menyediakan stok asi untuk Faizan.

Tangan Abi kini memijat kaki Agatha dengan lembut, membalurkan minyak zaitun yang disana agar Agatha lebih rileks merasakan pijatan dari suaminya. Agatha hanya memejamkan matanya saja, menikmati rasa kenikmatan yang dilakukan oleh Abi saat ini.

“Nanti gantian, Bi. Aku yang pijat kamu karena aku tahu kalau kamu juga capek.” kata Agatha dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

“Enggak usah, Ta. Kamu lebih capek dari aku.” jawab Abi dengan senyum manisnya.

“Bi, mau tanya deh.” Abi pun menoleh menatap Agatha tanpa mengehentikan pergerakan tangannya. “Selama berapa bulan ini kamu kan puasa untuk enggak melakukan hubungan badan. Itu sempat kepikiran enggak kalau kamu mau cari penuntas biologimu lagi?” singgung Agatha karena ia jelas tahu jika Abi memang cukup sering melakukan hubungan badan dengan dirinya sebelumnya. Bahkan dalam seminggu pun Agatha rasanya lelah membasahi rambutnya dalam dua hari sekali.

“Enggak ada, Ta. Aku janji loh enggak akan begitu lagi.”

“Terus?”

“Solo, Ta. Emang enggak dengar kah beberapa malam ini aku di kamar mandi ngapain?”

“Kenapa enggak ngomong ke aku?” tanya Agatha penasaran.

“Yang pertama, kamu belum empat puluh hari, Ta. Lalu yang kedua, aku enggak mau memaksa kamu untuk melakukan hal-hal yang memang belum bisa kamu lakukan sama aku. So, aku pilih solo ajalah. Gapapa juga kok.” jawab Abi dengan raut wajah kejujurannya.

“Siapa yang bilang enggak mau memang? Kamu kalau memang mau, bicara lah sama aku. Komunikasikan loh, Bi.”

“Ya, kan enggak bisa juga sayang. Belum empat puluh hari.”

“Bisa pakai mulutkan?”

Add a comment

Related posts:

What is Your Process for Estimating the Cost of a Commercial Renovation Project?

The commercial renovation company, Albedo Design, would typically arrange an initial consultation with the client to understand their requirements, goals, and budget for the project. A representative…

Morgan

Morgan was a young girl who had never spoken a word in her life. She lived a sheltered life, with her parents who were always overprotective of her. One summer’s evening, while Morgan was out for a…

What is Digital Marketing?

Digital marketing is the process of using digital channels to promote or market products and services to consumers and businesses. Digital marketing involves the use of various digital channels such…